Sosok Kerto sebagai Ibukota Mataram di Zaman Sultan Agung Makin Jelas

- 10 Juni 2023, 17:28 WIB
Penggalian situs Kerto sebagai ibukota Kerajaan Mataram.
Penggalian situs Kerto sebagai ibukota Kerajaan Mataram. /Foto Budi Kajena.

DESK DIY, Yogya -- Sosok Kerto sebagai ibukota Kerajaan Mataram Islam di zaman Sultan Agung semakin jelas. Jalur perjalanan Sultan Agung dari Kotagede menuju Kerto yang melewati pinggir sungai Gajah Wong bisa dilacak dan digambar.

Kerto yang memanfaatkan tempuran sungai sebagai jalur transportasi lanjutan dan merupakan titik strategis untuk exit jika keadaan memaksa. Ada jalan cukup lebar menuju dermaga di tempuran tempat kapal kerajaan bersandar.

Jalur poros Kotagede - Kerto yang dilewati Sultan Agung dan keluarganya ketika pindah dari Kotagede ke Kerto.
Jalur poros Kotagede - Kerto yang dilewati Sultan Agung dan keluarganya ketika pindah dari Kotagede ke Kerto. Sketsa Eko Suryo Maharso.

Sultan Agung sebagai raja ketiga Mataram Islam selain memakmurkan rakyat dengan menerapkan prinsip ngrejekeni dan mbarokahi juga giat melakukan kegiatan budaya dan sastra yang semangatnya adalah mengintegrasikan unsur budaya Jawa dan Islami sehingga bisa berkembang secara stabil dan menjadi landasan bagi harmoni kehidupan bersama di Mataram.

Baca Juga: PDIP Ajak Partai Demokrat Dukung Ganjar Pranowo

Setelah ini dirasa kuat Sultan Agung meneruskan misi utama kerajaan di Nusantara, yaitu mengusir penjajah yang datang dari Eropa.

Sultan Agung juga menyadari bahwa untuk mempertahankan eksistensi Mataram dia harus senantiasa melakukan konsolidasi kekuasaan dan konsolidasi kekuatan masyarakat bersama dengan para penguasa di wilayah Mataram.

Di tengah upaya konsolidasi kekuatan Mataram ini Sultan Agung dengan dibantu telik sandi yang jaringannya telah dibangun Ki Juru Mertani terus menerus mendeteksi keberadaan musuh-musuh baik yang berada di luar Mataram maupun yang berada di dalam kalangan dalam sendiri.
Ini yang membuat Sultan Agung senantiasa waspada.

Pembangunan kota Kerto sebagai ibukota kerajaan pun didesain sebagai kota pertahanan yang rapi dan berlapis.

Baca Juga: Suami Diduga Selingkuh dan Palsukan Tanda Tangan, Artis Senior Jenny Rachman Lapor Polisi

Dalam penelusuran tim dari Lingsir Dalu Studi Klub Yogyakarta ditemukan lapis lapis pertahanan itu. Ada tiga Plengkung di utara bangunan istana. Di kiri kanan Plengkung adalah benteng, dan di dalam benteng ada barak pasukan penjaga keamanan.

Sedang di sebelah barat istana ada kompleks para santri yang menjadi murid Kiai Jejer dan Kiai Amat Kategan. Kiai Jejer adalah gugu dan mertua Sultan Agung. Kiai Amat Kategan adalah Kiai Penghulu yang ilmunya bisa mengimbangi ilmu Sultan Agung.

Menurut Budi Kajena dari Tim Lingsir Dalu bahwa fungsi Plengkung adalah menjadi semacam pos pemeriksaan bagi orang yang akan masuk ke lingkungan istana Kerto.
Dengan pemeriksaan yang berlapis ini diharapkan keamanan di dalam istana bisa terjamin.

Baca Juga: Petarung Indonesia vs India Berlaga di One Pride MMA 69 Jogja Istimewa

Menurut ahli struktur bangunan Kraton Mataram, Yuwono Sri Suwito, Plengkung paling utara bernama Gladag, di selatannya bernama Pangurakan Njobo dan Plengkung paling selatan sebelum naik ke Sitinggil disebut Plengkung Pangurakan Njero.
Ada pun situs Kerto sendiri telah dibuka dan ditemukan adanya ompak atau batu penyangga tiang.

Arsitek dan ahli membuat sket dari kelompok studi Lingsir Dalu, Ir Eko Suryo Maharso berhasil membuat sket yang menggambarkan situasi sekitar istana Kerto.

Selama ini Kerto sering disebut sebagai ibukota yang hilang karena orang biasanya langsung menyebut bahwa era Mataram Islam setelah pindah dari Kotagede menuju Pleret sebagai ibukota Mataram.

Baca Juga: Ada Festival Jogja Tempo Doeloe di Candi Kalasan. Banyak Acara Menarik dan Istimewa

Pleret merupakan ibukota Mataram Islam pada era Anangnkurat 1. Sedang Kerto merupakan ibukota Mataram Islam yang mencapai puncak kejayaan di zaman Sultan Agung.

Ketika ibukota Mataram Islam pindah dari Kerto ke Pleret, maka Kerto pun menghilang atau mengabur dari pengamatan orang. Tim pemerhati budaya Lingsir Dalu dalam beberapa bulan ini berusaha menemukan sosok ibukota yang hilang itu. ***

Editor: Mustofa W Hasyim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x