Agus mengemukakan bahwa fokus Lestari pada pendampingan masyarakat, sehingga fungsi edukasi selama ini lebih dominan. Melalui edukasi, masyarakat yang semula tidak mengetahui apa-apa, kini mengerti dan memahami serta ada keikhlasan untuk bergerak.
"Semua bank sampah yang kita lahirkan tidak ada satupun yang direkturnya atau ketuanya pak RT, pak RW atau pak dukuh. Semuanya rakyat biasa. Disinilah keunggulan Lestari mampu mengedukasi warga masyarakat biasa bisa percay diri jadi direktur atau ketus bank sampah," tambah Agus.
Baca Juga: 26 Pelukis Indonesia dan Filipina Unjuk Karya di Limanjawi Art House
Mengapa sebagian warga mas enggan memilah milah sampah?
"Keeangganan memilah disebabkan beberapa hal, di antaranya kebiasaan atau habbit, malas dan tidak mau repot, maunya serba praktis dan cepat," jawab Agus.
Perjuangan melakukan mendampingan dan edukasi dengan kesabaran ternyata membuahkan hasil. Sudah lebih dari 200 bank sampah berdiri. Di DIY telah terbentuk di Kota Yogyak, dan Kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul.
Sedangkan di Jawa Tengah antara lain Klaten, Solo, Boyolali, Semarang, Kendal, Kudus, Pati, Tegal, Brebes, Cilacap, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, Wonosobo, temanggung, Wonogiri, Sragen, dan Karanganyar.
Baca Juga: Ada Doa di Puisi Hizib Katyo-Latto Karya Gus Nas
Di wilayah Jawa Barat di antaranya yaitu Kota Banjar, Tasikmalaya, Kuningan, Bandung, Garut, Bogor, Tangerang Selaran, Serang, Pandeglang, Purwakarta
"Di DKI Jakarta juga ada," ujarnya.
Sedang di Jawa Timur ada di Madiun, Ngawi, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Banyuwangi, Lumajang, Malang, Kediri, Blitar, Ponorogo, Pacitan, Surabaya, Pasuruan, Bangil, Probolinggo.