Agus Hartono : Penggerak, Inspirator dan Pendiri Lebih 200 Bank Sampah

21 Maret 2023, 06:45 WIB
Agus Hartono dalam kegiatan pendampingan dan edukasi bank sampah di masyarakat. /Foto : Istimewa

DESK DIY, Yogya -- Nama Agus Hartono dalam dunia pengelolaan sampah dan bank sampah di Yogyakarta sudah tidak asing lagi.

Buka hanya sebagai inspirator, tapi Agus Hartono dikenal seorang penggerak dan pendiri lebih dari 200 bank sampah di Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Melalui Lembaga Studi dan Tata Mandiri (Lestari) yang didirikan pada 29 Januari 1990, Agus Hartono konsisten berkiprah dalam persoalan lingkungan hidup, khususnya gerakan bank sampah.

Baca Juga: Baju Koko Habaib Model Ammu Banyak Diminati

Beberapa hari lalu Deskdiy.id berbincang bersama Agus Hartono terkait persoalan sampah di masyarakat.

Menurut Agus, banyaknya bank sampah di masyarakat Itu sebenarnya bisa mereduksi volume sampah.

Dikatakan, keberadaan bank sampah baik di perkanpungdn kota maupun di desa bisa berjalan baik, namun masih tergantung dari partisipasi masyarakatnya.

Baca Juga: Masjid Bisa Tumbuh Menjadi Pusat Pengembangan Ekonomi

"Realitasnya memang akan lebih mudah di pedesaan karena partisipasi masyarakat lebih bisa diharapkan," ujar Agus.

Agus mengemukakan bahwa fokus Lestari pada pendampingan masyarakat, sehingga fungsi edukasi selama ini lebih dominan. Melalui edukasi, masyarakat yang semula tidak mengetahui apa-apa, kini mengerti dan memahami serta ada keikhlasan untuk bergerak.

"Semua bank sampah yang kita lahirkan tidak ada satupun yang direkturnya atau ketuanya pak RT, pak RW atau pak dukuh.  Semuanya rakyat biasa. Disinilah keunggulan Lestari mampu mengedukasi warga masyarakat biasa bisa percay diri jadi direktur atau ketus bank sampah," tambah Agus.

Baca Juga: 26 Pelukis Indonesia dan Filipina Unjuk Karya di Limanjawi Art House

Mengapa sebagian warga mas enggan memilah milah sampah?

"Keeangganan memilah disebabkan beberapa hal, di antaranya kebiasaan atau habbit, malas dan tidak mau repot, maunya serba praktis dan cepat," jawab Agus.

Perjuangan melakukan mendampingan dan edukasi dengan kesabaran ternyata membuahkan hasil. Sudah lebih dari 200 bank sampah berdiri. Di DIY telah terbentuk di Kota Yogyak, dan Kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul.

Sedangkan di Jawa Tengah antara lain Klaten, Solo, Boyolali, Semarang, Kendal, Kudus, Pati, Tegal, Brebes, Cilacap, Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, Wonosobo, temanggung, Wonogiri, Sragen, dan Karanganyar.

Baca Juga: Ada Doa di Puisi Hizib Katyo-Latto Karya Gus Nas

Di wilayah Jawa Barat di antaranya yaitu Kota Banjar, Tasikmalaya, Kuningan, Bandung, Garut, Bogor, Tangerang Selaran, Serang, Pandeglang, Purwakarta

"Di DKI Jakarta juga ada," ujarnya.

Sedang di Jawa Timur ada di Madiun, Ngawi, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Banyuwangi, Lumajang, Malang, Kediri, Blitar, Ponorogo, Pacitan, Surabaya, Pasuruan, Bangil, Probolinggo.

Di Sumatra yaitu Padang, Palembang, Medan, Riau, Kepri, Jambi. Kalimantan ada di Balikpapan, Samarinda, Kukar, Bontang, Banjarmasin, Banjarbaru, Pelaihari, Batulicin, Sampit, Pangkalanbun, dan Seruyan).

Baca Juga: Jelang Ramadan Warga Pringgading Guwosari Gelar Nyadran

"Kalau di Sulawesi ada di Makasar, Kendari, Baubau, Konawe, Kolaka, Kolaka Utara, Buton. Di Bali ada di Denpasar, Badung, Gianyar. NTB di Mataram, NTT di Kupang), Maluku di Ambon), Maluku Utara di Ternate dan Tidore," jelas Agus.

Agus menjelaskan, waktu yang dibutuhkan bergerak mendirikan bank sampah selama 8 bulan mulai dari assessment, sosialisasi awal, sosialisasi khusus, pelatihan dan pendampingan.

"Bank sampah lahir di Bantul tepatnya di kampung Badegan, Bantul tahun 2009. Namun embrio pengelolaan sampah sudah kita mulai sejak 2004 yg waktu itu namanya
pengelolaan sampah berbasis masyarakat," kata Agus.

Baca Juga: Erman Suparno Apresiasi IPHI DIY Dirikan LAZIS dan LBH

Agus mengemukakan sebagai direktur Lestari dirinya wajib menjalankan isu yang dimandatkan yaitu bidang pendidikan dan lingkungan

Di tahun 2003/2004 Lestari mengawal isu pendidikan untuk semua. Salah satu titik masuknya pada peningkatan minat baca di masyarakat.

"Saat ini kita bergerak pada pendampingan masyarakat dengan membuat konsep perpustakaan komunitas dan advokasi pendidikan gratis. 1001 buku salah satu gerakan minat baca yang kita ikut andil dalam proses pendiriannya. Di Kota Yogya dengan kebijakan walikota untuk memberikan anggaran pada perpustakaan berbasis RW".

Baca Juga: Institut Teknologi PLN Siap Cetak Talenta Energi Terbaik Bangsa

Untuk isu lingkungan, lanjut Agus, Lestari fokus di isu lingkungan perkotaan yang bertumpu pada 3 lokasi yaitu air, sungai dan sampah.

"Nah dari situlah kenapa saya kemudian terinspirasi utk terus bergerak. Pada intinya persoalan sampah akan terkait dengan persolan air dan sungai, sehingga realisasinya dalam pendampingan di masyarakat, kita selalu memprioritaskan pendamping ke kampung-kampung yang berdekatan atau bahkan yang 'mangku' sungai," ujar Agus.

Sejak kecil Agus Hartono sudah tampak ketelatenannya bersih-bersih rumah dan pekarangan. Mungkin ini yang membawanya jadi concern di bidang sampah dan lingkungan hidup.

Baca Juga: Sastra Mampu Mencerdaskan dan Membangun Peradaban

Agus Hartono lahir di Klaten, Agustus 1964.
Pendidikan dilaluinya di SDN Jemawan, Jatinom, Klaten, lanjut di SMPN 2 Klaten, dan SMAN 1 Klaten. Lulus dari SMA lanjut ke Fakultas Sastra (FIB) UGM jurusan Arkeologi (lulus 1995).

Agus Hartono sekarang tinggal di dusun Semoyan Desa Singosaren Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. ***

Editor: Mustofa W Hasyim

Tags

Terkini

Terpopuler