Mata Air Reformasi Mengering, Air Mata Reformasi Menetes Kembali

14 Mei 2023, 13:05 WIB
Reformasi '98 untuk menegakkan keadilan, memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme. /Foto : dokumen

DESK DIY -- Benarkah mata air reformasi, mata air kearifan bangsa ketika mengoreksi penyimpangan era sebelumnya telah mengering?

Benarkah mata air reformasi, mata air akal sehat untuk tidak mentolerir tindak kolusi, nepotisme dan korupsi telah mengering?

Benarkah mata air reformasi, mata air cita-cita bangsa untuk kembali kepada Pembukaan UUD'45 dan Pancasila telah mengering?

Baca Juga: Targetkan 9 Kursi DPRD Gunungkidul, Partai Gerindra Gunungkidul Tak Takut Manuver Partai Lain

Benarkah mata air reformasi, mata air kehendak luhur untuk menyejahterakan rakyat, memakmurkan masyarakat dengan penuh keadilan telah mengering?

Benarkah mata air reformasi, mata air untuk menjaga kecerdasan budaya, kecerdasan ekonomi dan kecerdasan politik berdasarkan demokrasi budaya, demokrasi ekonomi dan demokrasi politik yang lurus dan jujur telah mengering?

Benarkah mata air reformasi, mata air kehendak untuk menyelamatkan nusa, bangsa dan negara sehingga bisa berusia seratus tahun lebih, bisa memasuki tahun 2045 dengan selamat dan sentausa telah mengering?

Baca Juga: PSI Setor Nama-Nama Anak Muda Daftar Anggota DPRD Sleman

Benarkah mata air reformasi, mata air pendidikan kemanusiaan, pendidikan keilmuan, pendidikan ketrampilan fungsional, pendidikan membebaskan pikiran kerdil telah mengering?

Benarkah mata air reformasi, mata air bening yang membasahi pasar dan warung dengan harga barang murah hasil panen sendiri dan hasil pengolahan sendiri telah mengering?

Benarkah mata air reformasi, mata air kemandirian bangsa yang bebas dari penjajahan dari arah barat dan bebas dari penjajahan dari arah timur telah mengering?

Baca Juga: Maju Caleg Lewat PDIP, Mbah Rono Tak Mau Beli Suara

Pertanyaan-pertanyaan di atas terasa menggugah dan menggugat kesadaran kita bersama ketika hari-hari ini kita sebagai bangsa memperingati reformasi. Reformasi Mei 1998 yang bisa mengubah sebagian wajah kehidupan bangsa kita secara bermakna dan signifikan.

Aspirasi-aspirasi menjadi berasal dari arah bawah dengan subur menuju langit baru kehidupan bersama. Aktor perubahan berasal dari masyarakat dan rakyat sendiri tanpa melewati broker-broker perubahan. Kemudian untuk mengawal dan mengawasi jalannya reformasi di banyak bidang dibentuk aneka macam lembaga komisioner, komisi yang mengawasi jalannya proses yudisial, penyiaran publik, penindakan korupsi, kolusi dan nepotisme, penegak hak asasi manusia, penegakan hak anak dan perempuan, hak konsumen, pengontrolan persaingan untuk mencegah monopoli, juga dilahirkan seabrek badan badan strategis untuk menangani aneka macam persoalan mulai dari masalah pangan, masalah bahasa, masalah narkotika dan sebagainya.

Semua dimaksudkan agar kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kehidupan kerakyatan serta kehidupan kenegaraan kita berjalan dengan sebaik-baiknya. Semua dimaksudkan dan diyakinkan agar semua kehidupan ini bisa baik-baik saja. Dan semua warga negara, semua anak bangsa dan semua anggota masyarakat bisa bahagia, gembira, bisa bercanda dengan kata yang enak dan indah didengar telinga, bisa tersenyum dan tertawa serta memandang masa depan dengan cerah dan mencerahkan.

Baca Juga: JNE Raih Penghargaan Gold Champion Indonesia WOW Brand 2023

Tiada lagi tangis derita ekonomi, derita sosial, derita budaya dan derita politik yang membebani warga negara, anggota masyarakat dan anak bangsa Indonesia yang berdiam di tanah air Indonesia, yang membentang antara Sabang sampai Merauke.

Itulah cita cita reformasi yang melahirkan aneka macam mata air kehidupan yang positif di atas. Masalahnya, benarkah mata-mata air kearifan dan kehendak baik dan benar itu kini telah mengering?

Sebagai gantinya justru air mata penderitaan bangsa, kesengsaraan rakyat, kepengapan publik dan air mata kebingungan masyarakat karena menyempitnya kesempatan kerja dan sakitnya pasar-pasar malahan kembali menetes membasahi wajah bangsa, wajah rakyat, wajah masyarakat dan membuat pudar wajah publik kita?

Baca Juga: LPS Soroti Ada Warga yang Masih Simpan Uang di Bawah Kasur

Saya sendiri sungguh tidak tahu jawabannya. Jawaban yang tepat apalagi cermat hanya bisa ditemukan dalam sebuah ruang dialog yang jujur dan terbuka. Masalahnya, apakah ruang dialog yang jujur dan terbuka sekarang bisa dan mungkin dibangun bersama untuk kepentingan bersama?
Ini juga merupakan pertanyaan yang sulit untuk dijawab. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler