Mempertimbangkan Politik Kemanusiaan dan Hati Nurani

7 Mei 2023, 19:42 WIB
Berpolitik dengan memegang prinsi kemanusiaan dan hati nurani. /Ilustrasi : Pixabay/Stellalevi

Catatan Kritis Mustofa W Hasyim

DESK DIY -- Buya Syafii atau Buya Ahmad Syafii Maarif yang meninggal setahun lalu meninggalkan jejak pemikiran bagi bangsa Indonesia. Para murid atau teman berbincang selalu menyimak apa yang beliau sampaikan.

Meski kadang ada teman berbincang mendebat, misalnya dalam forum rapat Redaksi Suara Muhamadiyah, beliau tidak pernah marah. Apa lagi kalau yang mendebat memiliki argumen kuat dan fakta pendukung yang valid.

Salah satu hal yang Buya Syafii sampaikan, berulang ulang adalah dimensi spirit kemanusiaan yang harus dihadirkan dalam melakukan kegiatan manusia. Kegiatan apapun. Termasuk kegiatan politik. Politik tanpa kemanusiaan akan hampa maknanya.
Dengan demikian politik yang berkemanusiaan akan menjadi penuh makna.

Baca Juga: Dua Tahun BRIN Dorong Kualitas Riset dan Kolaborasi

Sebagai guru besar sejarah, Buya Syafi'i sering mengkritisi praktik politik yang tuna kemanusiaan di zaman dahulu, di zaman kerajaan atau ketika zaman negara bangsa di banyak negara. Termasuk di Indonesia.

Konsep politik dan praktik politik tuna kemanusiaan hanya akan melahirkan penindasan politik atau dalam istilah beliau melahirkan perbudakan politik.

Oleh karena itu bangsa Indonesia perlu senantiasa memperjuangkan hadirnya politik yang berkemanusiaan. Dalam terminologi Pancasila disebut kemanusiaan yang adil dan beradab.

Baca Juga: Disalip Filipina, Indonesia Urutan Ketiga Perolehan Medali SEA Games 2023

Saya kemudian membayangkan, politik kemanusiaan yang adil dan beradab ini pernah diterjemahkan secara teknis taktis dan strategis pada semangat menyelenggarakan pemilu yang jujur, adil, langsung, umum dan bebas rahasia. Dulu dikenal dengan asas penyelenggaraan pemilu yang jurdil dan luber. Pelaksanaan pemilu yang demikian terasa beradab banget dan adil banget serta demokrasi banget.

Konsep politik yang paralel dengan praktik politik prokemanusiaan yang dicita-citakan dan diidealkan Buya Syafii perlu dipertimbangkan sebagai inspirasi politik bangsa Indonesia, ketika hari-hari ini sudah memasuki tahapan politik dan administratif pelaksanaan Pemilu dan Pilpres. Selain itu, kita juga perlu bersyukur karena di Yogyakarta pernah hadir tokoh masyarakat dan tokoh bangsa bernama Romo Mangunwijaya.

Sebagai wartawan harian saya sering bertemu dan wawancara dengan beliau, atau silaturahmi ke tempat tinggal beliau berkaitan dengan proses penerbitan karya tulis beliau. Pendeknya, saya pernah menikmati 'hari-hari bersama Romo Mangun' di masa saya bergiat di koran dan di penerbitan. Macam macam materi obrolan menjadi menarik dan hangat kalau dibahas bersama beliau. Salah satunya adalah tentang politik.

Baca Juga: Kangen Film Mandarin, ANTV Siap Tayangkan Serial Legenda dan Cinta Pendekar Rajawali

Bagi Romo Mangunwijaya, pilihan yang tepat untuk dipraktikkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita adalah politik hati nurani. Maksudnya?

"Politik yang bersumber dari hati nurani dan politik yang berpihak pada hati nurani,' tutur Romo Mangunwijaya di tempat tinggalnya di belakang jalan Gejayan.

Hati nurani siapa? Hati nurani kita semua sebagai bangsa dan rakyat Indonesia. Intinya kalau konsep dan praktik politik kita sudah sesuai dengan hati nurani bangsa dan rakyat Indonesia berarti sudah benar jalan yang ditempuh.

"Kalau tidak sesuai dengan hati nurani?" Tanya saya.
"Ya, kita tersesat secara politik," jawabannya sungguh sungguh.

Baca Juga: Lampung Berkubang Lumpur dan Hura-Hura di Atas Nestapa

Karena pilihan pada politik hati nurani inilah yang membuat Romo Mangunwijaya memilih menemani perjuangan petani yang akan digusur karena ada proyek waduk Kedung Ombo. Beliau banyak menulis tentang ini dan kemudian tulisannya dihimpun menjadi buku berjudul Tumbal.

Dengan mendasarkan pada semangat politik hati nurani ini pula Romo Mangunwijaya membela warga pinggir Code dari penggusuran.

Bagi Romo Mangun, penggusuran mencederai hati nurani dan melukai kemanusiaan warga masyarakat dan rakyat bawah.

Baca Juga: Hadiah Total Rp 1 Miliar, LPS Monas Half Marathon 2023 Targetkan 5000 Peserta

Mengingat penting dan relevannya politik hati nurani ini maka dalam memasuki tahun tahun politik ini perlu dipertimbangkan kembali dan terus menerus. Agar bangsa kita bisa lepas dari jebakan politik kepentingan yang sempit. Semoga demikianlah adanya. Aamiin. ***

Editor: Mustofa W Hasyim

Tags

Terkini

Terpopuler