Menghadapi Ganasnya Pasar Bebas, Jatam Klaten Terbentuk

22 Mei 2023, 09:05 WIB
Rapat pembentukan Jatam Klaten. /Foto : dok. Wahyudi Nasution

DESK DIY, Klaten -- Setelah melalui proses dua kali pertemuan, para petani dan pegiat pertanian di Kabupaten Klaten secara aklamasi telah menyepakati terbentuknya Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Kabupaten Klaten.

Acara pertemuan di nDalem Pak Bei Kwaon, Jemawan, Jatinom itu berlangsung pada Kamis lalu (19 Mei 2023) dari pukul 20.00 hingga 01.00 dini hari, dihadiri oleh 15 orang dari berbagai kecamatan di antaranya Jatinom, Karanganom, Wonosari, Pedan, Cawas, Ceper, Gantiwarno, Klaten Utara, dan Klaten Selatan.

Dalam sambutan dan pengantar diskusinya, Wahyudi Nasutoion selaku inisiator dan wakil dari Pengurus Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan bahwa Jatam adalah wadah pengorganisasian petani yang dibangun secara resmi oleh MPM PP Muhammadiyah.

Baca Juga: Desta dan Natasha Rizki Bertemu di Pelaminan Enzy Storia

Dikatakan bahwa sesungguhnya JATAM telah dideklarasikan sejak 18 Maret 2018 di markas Gapoktan Gempol, Karanganom, Klaten, dalam satu rangkaian acara Rakornas MPM periode ke-47 di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Deklarasi Jatam itu juga dihadiri oleh utusan MPM PWM seluruh Indonesia.

"Namun, belum sempat MPM PP menggerakkan Jatam secara masif ke setiap wilayah dan daerah, negeri kita dilanda pandemi covid-19 hingga melumpuhkan hampir seluruh kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan, tak terkecuali kegiatan MPM," ujar Wahyudi.

Usai pandemi, Muhammadiyah telah berhasil melaksanakan Muktamar ke-48 di Solo dengan sukses pada November 2022 setelah tertunda selama 2 tahun dari jadwal. Pengurus MPM periode Muktamar ke-48 saat ini kembali melihat betapa penting melakukan revitalisasi Jatam guna merespons amanat tanfidz Muktamar ke-48 tentang gerakan pembebasan dhuafa dan mustadh'afin, kaum lemah dan dilemahkan.

Baca Juga: Dipanggil DPP PDI Perjuangan, Gibran Tepis Dukung Prabowo. Simak Penjelasannya

"Kita tahu, selama ini perserikatan petani hanya di tingkat kelompok tani yang terdiri dari 30 sampai 40 orang. Lalu, 3 sampai 4 kelompok tani tergabung dalam satu Gapoktan di tingkat Desa. Perserikatan yang hanya beranggotakan sekitar 200 orang itu tentu tidak memiliki kekuatan apa-apa menghadapi ganasnya pasar bebas. Itulah makanya para petani perlu kita ajak berjamaah dalam skala besar, skala nasional, agar punya posisi tawar yang kuat, bukan hanya terhadap pabri benih, pupuk, obat-obatan, dan pelaku pasar, tapi juga terhadap pengambil kebijakan. Jatam inilah wadah terbaik yang MPM tawarkan," kata Wahyudi Nasution yang akrab dipanggil Pak Bei dengan semangat.

Banyak tanggapan yang mengemuka atas ajakan Pak Bei. Zubaidi, petani padi organik dan aktivis Komunitas Rise-Mill Klaten menyampaikan betapa posisi petani memang sangat lemah dan dilemahkan. Di on-farm, petani selalu dihadapkan pada masalah kelangkaan pupuk dan hama yang datang silih-berganti.

"Cerita tentang kelangkaan pupuk subsidi sudah biasa kita dengar sehari-hari. Di off-farm pun lebih ngeri lagi. Harga jual hasil panen selalu dibatasi sehingga petani tidak bisa untung," kata Zubaidi.

Baca Juga: Kebangkitan Nasional, Apa dan Siapa yang Harus Bangkit?

"Para lelaku usaha rise-mill di desa-desa lebih gawat lagi. Saat ini kita menghadapi ancaman serius munculnya pabrik-pabrik beras skala besar dengan kapasitas serapan 100 truk alias 1.000 ton Gabah Kering Panen (GKP) perhari. Cepat atau lambat, usaha-usaha rise-mill skala kecil milik rakyat akan gulung tikar karena tidak kebagian pekerjaan. Jadi, saya setuju sekali bila ada kepedulian dari Muhammadiyah melalui Jatam ini," lanjut Zubaidi.

Akbar Mahali, pelaku dan penggerak usaha ternak kambing bridding dan susu di Wonosari, mengemukakan betapa sektor peternakan juga sangat memprihatinkan. Peternak unggas sangat tergantung permainan pabrik-pabrik DOC, pakan, dan obat-obatan. Peternak sapi juga sulit berkembang karena para pemilik modal lebih memilih impor sapi dari Australia dan New Zeland untuk menuhi kebutuhan daging di pasaran.

"Belum lagi soal virus PMK dan Lato-Lato yang terbaru. Pemerintah sangat terlambat mengantisipasi," kata Akbar. "Kalau mau aman, petani anggota Jatam nanti mending kita ajak beralih ke ternak kambing atau domba. Terserah mau kambing susu atau pedaging. Itu lebih aman. Kebutuhan pasar pun sangat tinggi sehingga harganya relatif bagus," Akbar menambahkan.

Baca Juga: Pemda DIY – Universitas Sogang Korea Selatan Optimalkan Kerjasama Sains Dan Teknologi

Kabul Subahid, mantan aktivis HKTI Klaten yang sekarang aktif mengembangkan budidaya atsiri di berbagai daerah, menyambut baik bila dibentuk Jatam Klaten. "Dengan kekuatan jaringan organisasi yang rapi dan amal usaha luar biasa banyaknya, Muhammadiyah pasti bisa menolong nasib petani," kata Kabul optimis.

Yuwono Haris, alumni Teknik Nuklir UGM yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Gantiwarno, menyambut gembira atas undangan yang diterimanya.

"Dulu, saya yang memprovokasi Pak Nusanto dan kawan-kawan agar melakukan pemuliaan varietas Rojolele. Kita gandeng BATAN untuk itu. Dengan teknologi nuklir, varietas khas Klaten ini bisa kita perpendek usia tanamnya, dari 520 hari menjadi 108 hari, dengan rasa dan wanginya tetap sama," Haris mengenang sejarah 10 tahun lalu. "Jadi, saya sangat mendukung bila Muhammadiyah, persyarikatan yang usianya lebih tua dari Indonesia, sebagai organisasi yang kaya SDM dan amal usaha ini, mengajak para petani untuk bersama-sama berjamaah di Jatam dan berjuang mencapai kesejahteraan bersama," imbuh Haris.

Baca Juga: Yogyakarta Terpilih Jadi Tuan Rumah ASEAN Committee on Women

Penanggap yang lain menyampaikan hal yang kurang-lebih sama. Semua mendukung gerakan berjamaah melalui Jatam. Giliran terakhir Nusanto Herlambang, peneliti pemuliaan varietas Rojolele dari Gempol Karanganom yang sejak 2018 telah bekerjasama dengan Lazismu Pusat, MEK PDM Klaten, dan MPM PP dalam program Tani Bangkit, mengingatkan bahwa bekerjasama di Muhammadiyah ini sangat menyenangkan.

"Anggota Kelompok Tani kami heterogen. Banyak anggota kami yang warga Muhammadiyah, tapi juga ada yang NU, ada LDII, ada MTA, bahkan ada Nasrani, dan ada juga yang masih Abangan. Tidak masalah," kata Nusanto. "Semua kita layani dengan sama baiknya. Tidak kita beda-bedakan. Islam dan Muhammadiyah itu rahmatan-lil'alamin, menjadi rahmat untuk semua orang, untuk seluruh alam," imbuh Nusanto seperti sedang tausiah.

Sebelum mengakhiri pertemuan, Pak Bei membacakan naskah Piagam Pembentukan Jatam Klaten.

Baca Juga: Akademisi Jogja Serukan Pemilu yang Bersih dan bermartabat

"Ini dokumen penting dan bersejarah," kata Wahyudi setelah membacakan naskah. Lalu, semua yang hadir diminta membubuhkan tanda tangan dan nama terang, satu persatu.

"Tugas kita selanjutnya mengabarkan dan mengajak teman2 petani di Klaten untuk bergabung di Jatam. Teman-Teman siap?," tanya Wahyudi. "Siapp....," jawab hadirin kompak. ***

Editor: Chaidir

Tags

Terkini

Terpopuler