Puisi Bernostalgia dengan Cerita Ketupat dan Lontong

17 April 2023, 08:14 WIB
Ketupat Lebaran. /Foto : Pixabay

Ketupat atau Lontong?

Oleh : Mustofa W Hasyim

Ketupat mengingatkan aku pada pohon kelapa
pohon kelapa mengingatkan aku pada pantai merdeka
tempat jingking dan undur undur bebas berlarian sembunyi dari ombak yang datang
bermain main dengan buih dan waktu.

Ketupat mengingatkan aku pada nyiur yang selalu melambai ketika kapal lewat dengan damai
Tanah basah tanah kering bisa dinikmati siapa saja yang ingin terhibur ketika liburan.

Ketupat mengingatkan aku pada pandu yang lambangnya tunas kelapa siap menanamkan kebajikan di tanah air dengan tulus, ikhlas dan gembira.

Ketupat juga mengingatkan aku pada desa desa yang subur dan sederhana yang warganya setia pada bumi langit dan cuaca.

Ketupat mengingatkan aku pada pohon kelapa dan pohon kelapa mengingatkan aku pada semangat dan ketekunan ibu ibu yang membuat sapu dari sabut, sapu dari lidi dan aneka pernik kerajinan dari tempurung, dari kulit manggar, anyaman sabut dan tiang rumah dari gelugu.

Anyaman blarak untuk menahan angin melindungi sawah sawah di pesisir selatan Kulonprogo juga tampak indah barisannya.

Ketupat mengingatkan pada banyak hal, tentang beras panen sendiri yang lebih lembut dibanding beras luar negeri. Pohon kelapa mengingatkan pada rasa mandiri yang bertubi-tubi.

Lontong yang asli selongsong dari daun pisang mengingatkan pada pohon pisang mengingatkan pada buah pisang yang ajaib menguatkan tulang dan tubuh yang membuat pemuda Afrika dan keturunan Afrika bisa bermain dan merajai lapangan piala dunia.

Buah pisang mengingatkan pada kolak bulan suci, mengingatkan selai pisang yang dijual pedagang di kereta api jalur selatan Jawa sebelum kaum neo liberal berkuasa melarang warga desa dan masyarakat miskin mengais rejeki di dalam kereta api yang tengah berjalan dengan bunyi dan irama roda besi menghantam sambungan rel terdengar amat indah bercampur teriakan pedagang asongan yang naik stasiun tertentu dan turun di stasiun lainnya dekat rumah mereka.

Lontong juga mengingatkan pada gethuk pisang buatan orang orang Madiun, ledre pisang buatan Bojonegoro dan keripik pisang buatan warga dekat tempat wisata mana saja.

Mengingat itu semua, ketika makan lontong sayur opor pas Lebaran terasa lebih nikmat karena leluhur kita dulu ternyata ahli bersyukur memanfaatkan hasil kemakmuran bumi. Demikian juga ketika menikmati ketupat Lebaran yang melambangkan masih utuhnya pergaulan karena permaafan dan persaudaraan.

Ketupat atau lontong? Aku memilih semua, dimakan bergantian di hari berbeda sambil membayangkan bagaimana kemakmuran bumi oleh leluhur digarap secara jujur sehingga betul betul melahirkan keberkahan dan ngrejekeni dan bisa dinikmati secara adil dan beradab bersama sama.

Alangkah indah memandang ketupat dan lontong yang bukan saja terhidang di meja makan, tetapi juga terhidang di dalam hati kita semua. Lebih-lebih di Hari Raya Idul Fitri ini.
2023. ***

Editor: Mustofa W Hasyim

Tags

Terkini

Terpopuler