Hewan Kurban Harus Terbebas Penyakit Zoonosis

- 19 Juni 2023, 12:01 WIB
Sapi dan kambing yang akan disembelih untuk kurban harus terbebas dari penyakit zoonosis.
Sapi dan kambing yang akan disembelih untuk kurban harus terbebas dari penyakit zoonosis. /Foto : freepik

Ternak yang telah terserang Antraks, kata Mar’ie, akan mengekskresikan bakteri penyebab Antraks menjelang kematiannya. Oleh karena itu, apabila ternak terserang Antraks dipotong, maka bakteri akan membentuk spora dan menyebar kembali ke lingkungan dan sulit untuk dimusnahkan. Penularan secara langsung antar ternak tidak lazim terjadi. Antraks dapat diobati dengan melakukan pemberian antibiotik seperti penicillin, streptomycin, oxytetracycline, dan sulfonamide.

Pencegahan Antraks dapat dilakukan dengan vaksinasi setiap tahun pada daerah yang tidak bebas Antraks. Pada daerah bebas Antraks, tindakan pencegahan dilakukan berdasarkan pengawasan dan pengendalian masuk keluarnya ternak dan disertai dengan surveilans.

Baca Juga: Bertemu di Plataran Hutan Kota Gelora Bung Karno, Puan dan AHY Sepakat Pemilu Harus Berjalan Damai

Selain antraks, bakteri Mycobacterium bovis juga bagian dari penyakit zoonosis. Penyakit ini merupakan penyebab tuberkulosis pada sapi yang dapat menular ke manusia. “TBC sapi” ini, ucap Mar’ie, biasa disebut sebagai bovine tuberculosis, penyakit ini masuk sebagai penyakit hewan menular strategis (PHMS).

“Tuberculosis (TBC) pada manusia umumnya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sedangkan TBC pada sapi disebabkan oleh bakteri Mycobacterium bovis yang dapat menular ke manusia, sapi, hewan domestik, seperti anjing, kucing dan hewan peliharaan lain serta hewan liar,” tutur Mar’ie.

Selain zoonosis, hewan kurban juga harus bebas dari penyakit non zoonosis. Mar’ie menerangkan bahwa penyakit zoonosis ialah penyakit yang tidak menular dari hewan ke manusia, akan tetapi tapi mempengaruhi dari kelayakan ternak tersebut untuk kita konsumsi, serta membahayakan populasi, menimbulkan kerugian ekonomi.

Baca Juga: Kuliner Sate Kapuk di Sleman yang Bikin Penasaran. Dagingnya Empuk dan Kaya Nutrisi

Penyakit LSD pada sapi yang disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae merupakan contoh dari penyakit non zoonosis. Virus ini menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat. Sapi yang terinfeksi akan mengalami periode inkubasi selama 5-14 hari sebelum timbul gejala. LSD kerap pula disebut Penyakit Kulit Berbenjol. Ini merupakan penyakit menular pada sapi atau kerbau akibat virus LSD. Ciri penyakit ini adalah munculnya benjolan padat pada kulit di hampir semua bagian tubuh sapi/kerbau.

Selain LSD, Peste des petits ruminants (PPR) juga bagian dari penyakit non zoonosis. PPR adalah penyakit virus, yang disebabkan oleh morbilivirus yang menyerang kambing, domba, dan beberapa kerabat liar ruminansia kecil peliharaan, serta unta. PPR adalah penyakit menular pada kambing/domba akibat virus PPR. Ciri-cirinya muncul ingus kental berwarna kekuningan dari hidung dan kelopak mata kambing/domba. Selain itu muncul pula luka pada bibir, rongga mulut, lidah, serta adanya diare yang dapat disertai darah.

Mar’ie menuturkan bahwa hewan kurban mesti ASUH yaitu 1) AMAN: tidak mengandung bibit penyakit/ bahan yang membahayakan, toxin, bakteri patogen, logam berat, pestisida, pecahan kaca, bulu, kuku; 2) SEHAT: daging berasal dari ternak yang sehat, mengandung nutrisi yang seimbang bagi tubuh; 3) UTUH: tidak tercampur dg bagian lain, tidak dipalsukan dengan daging jenis lain, tidak tercabik-cabik, hewan yang sakit tidak utuh karena organnya terdapat lendir atau luka; dan 4) HALAL: disembelih sesuai dengan syariat islam. ***

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah