Puisi Gus Nas : Kegilaan Milik Semua

- 1 Januari 2024, 13:59 WIB
Kegilaan milik semua, Saat ulama dan penguasa saling peluk begitu mesra.
Kegilaan milik semua, Saat ulama dan penguasa saling peluk begitu mesra. /Ilustrasi: Freepic/fatkynn

Fenomena keempat yang disebutkan adalah kuliah yang teronggok. Fenomena ini merupakan salah satu dampak dari korupsi di dunia pendidikan. Banyak dosen yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan mahasiswa.

Fenomena kelima yang disebutkan adalah politisi dan pelacur. Politisi dan pelacur sering kali disamakan karena sama-sama menjadikan uang sebagai tujuan utama.

Fenomena keenam yang disebutkan adalah ulama dan penguasa. Ulama dan penguasa seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat. Namun, jika ulama dan penguasa saling peluk mesra, maka hal itu merupakan tanda-tanda kegilaan yang sudah menjadi milik semua orang.

Refleksi Diri

Puisi "Kegilaan Milik Semua" mengajak kita untuk introspeksi diri. Apakah kita juga ikut berperan dalam menciptakan kegilaan tersebut? Jika ya, maka kita harus segera sadar dan mulai berubah. Kita harus mulai melawan kegilaan dengan cara kita masing-masing.

Baca Juga: Menyambut Tahun Baru di Yogyakarta: 5 Tempat Rekomendasi yang Memukau

Kita bisa mulai dengan hal-hal kecil, misalnya dengan tidak menjadi bagian dari kemacetan lalu lintas, tidak melakukan korupsi, tidak ikut-ikutan flexing dan hedon, tidak menunda-nunda tugas kuliah, tidak percaya dengan janji-janji politisi, dan tidak ikut-ikutan menyebarkan berita bohong.

Hilangnya Marwah Bangsa

Puisi "Kegilaan Milik Semua" karya Gus Nas ini menggambarkan kegilaan yang merajalela di masyarakat. Kegilaan tersebut digambarkan dalam berbagai bentuk, mulai dari kemacetan lalu lintas, korupsi, kemiskinan, hedonisme, hingga kolusi antara ulama dan penguasa.

Kemacetan lalu lintas yang menggambarkan ketidakteraturan dan ketidakefisienan. Korupsi yang menggambarkan moralitas yang rusak. Kemiskinan dan stunting yang menggambarkan ketimpangan sosial yang parah. Hedonisme yang menggambarkan materialisme dan konsumerisme yang berlebihan. Kolusi antara ulama dan penguasa yang menggambarkan hilangnya nilai-nilai moral dan agama.

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x