129 Produk Khas Lokal Dapat Sertifikasi Indikasi Geografis, 4 Di Antaranya dari DIY

- 24 April 2024, 13:02 WIB
Batik Nitik Khas Bantul yang sudah mendapat Sertifikasi Indikasi Geografis.
Batik Nitik Khas Bantul yang sudah mendapat Sertifikasi Indikasi Geografis. /Foto : Dok. Pemkab Bantul

"Produk lokal yang bisa terdaftar di Indikasi Geografis ini berkualitas dan reputasinya bisa terjaga dengan baik. Manfaat lain akan memberikan dampak dari sisi wisata. Misalnya produk Salak Pondoh Sleman ini bisa menjadi destinasi wisata edukasi, begitu juga dengan produk kopi bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan," katanya.

Menurutnya untuk mendaftarkan produk kearifan lokal tersebut butuh sinergi semua pihak. Baik dari pemerintah daerah setempat maupun masyarakat. Oleh karena itu daerah yang akan mengajukan potensi wilayahnya bisa membentuk komunitas.

Baca Juga: Sambut Hari Jadi ke-10, Lunpia Cik Meme Bikin Kejutan

"Seperti Batik Nitik Bantul, itu ditetapkan Indikasi Geografis karena komunitas masyarakatnya kuat, untuk tetap menjaga batik tersebut baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya," katanya.

Sementara itu, Direktur Merek dan Indikasi Geografis Kemenkumham RI Kurniaman Telaumbanua mengatakan DIY masih memiliki banyak potensi yang bisa masuk di Indikasi Geografis. Oleh karena itu pemerintah daerah setempat bisa segera mengajukan dan membangun komunitas.

Potensi itu di antaranya Kopi Robusta Merapi Sleman, Jambu Dalhari Sleman, Beras Sleman, Tenun serat Gamplong, Gamelan Bantul, Kakao Gunungkidul, Keju Sleman, Kerajinan Kulit Tata Sunging, gamelan Bantul, kakao Gunungkidul.

"Kami mendorong agar lebih banyak yang mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis. Kita baru 129 produk lokal, sedangkan negara lain sudah mencapai 4.000," ujarnya.

Baca Juga: Pinjaman Online BRI Langsung Cair: Syarat dan Cara Daftar Melalui BRIMo

Asisten Sekda DIY Bidang Perekonomian Pembangunan Tri Saktiyana mengatakan Pemda DIY terus mendorong upaya peningkatan produk kearifan lokal DIY untuk terdaftar di Indikasi Geografis. Menurutnya empat produk milik DIY tersebut memang layak mendapatkan IG. Ia mencontohkan Batik Nitik Bantul memang butuh proses pembuatan cukup lama, Oleh karena itu harganya mahal.

"Kami mendorong edukasi seperti Salak Pondoh ini termasuk eksotis menarik, harganya sempat jatuh, karena banyak yang menanam. Kami berharap edukasi ini bisa terus berjalan," katanya. ***

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah