Network
DESK DIY, Yogya -- Sepuluh tahun terakhir ini seni prosesi atau pawai takbiran berkembang pesat di Yogyakarta. Para peserta cenderung tidak lagi menggunakan obor, menggantinya dengan lampion.
Pawai takbiran sebagai seni prosesi jalanan maka koreografi atau unsur tarian dan kostum menjadi menonjol. Tentu unsur musikal juga menjadi perhatian utama.
Baik seni vokal ketika melantunkan lagu takbiran maupun seni musik instrumentalnya yang didominasi oleh drum band atau marching band. Dengan demikian seni prosesi takbiran sebagai seni pertunjukan jalanan menarik untuk ditonton oleh penonton yang biasanya berjubel di pinggir jalan.
Baca Juga: Tanah Kraton Disalahgunakan, Sultan HB X Perintahkan Kalurahan Caturtunggal Digeledah
Untuk menambah semangat anak anak peserta seni prosesi takbiran, sekali-sekali mereka meneriakkan yel yel dengan gegap gempita yang membuat penonton bersorak dan bertepuk tangan. Kemudian, penyelenggara pawai atau seni prosesi takbiran mengembangkannya menjadi semacam festival atau lomba.
Agar waktunya longgar dan peserta bisa berlangsung untuk mematangkan koreografi dan sisi musikalnya maka biasanya diselenggarakan tidak pada malam Idul Fitri atau malam Idul Adlha, tetapi pada hari tasyrik setelah Idul Adlha, tiga hari ketika umat Islam masih bisa menyembelih hewan kurban dan masih bisa melantunkan takbir.
Misalnya, pada hari Jum'at malam tanggal 30 Juni nanti di Bantul dan Sleman, Angkatan Muda Muhamadiyah (AMM) menyelenggarakan lomba pawai takbiran di beberapa tempat. Misalnya di Piyungan, Kasihan, Godean dan Bambanglipuro.
Baca Juga: Artjog 2023 Hadirkan Karya-Karya Unik Mella Jaarsma
Lembaga Seni Budaya (LSB) PWM DIY sebagaimana dituturkan oleh Ketuanya, Dian Koprianing, menerjunkan yuri di tempat penyelenggaraan lomba seni pawai takbiran ini. Yuri yang bertugas di Piyungan, Kasihan, Godean, Bambanglipuro sudah siap. Bahkan LSB PDM Bantul juga mendukung atau memperkuat yuri di Piyungan.
