DESK DIY -- Berjihad di Palestina Yang kuhadapi adalah merah padam wajahku sendiri Amarah dan nafsu berseteru dalam tiap tarikan nafas Takbir membanjir menenggelamkan kelu kepongahanku
Lubang hitam di Jalur Gaza mengurai rahasia jihadku
Bahwa yang paling aku takutkan adalah sikap takaburku sendiri, sebab aku tak pernah berpikir sebelumnya tentang jumawa
Siapa Ibrahim yang melahirkan Ismail dan Ishak
Dimana Musa yang mendaki di Puncak Tursina
Kuasah pena tumpul dalam pedang kesadaranku
Tanah Palestina yang aku bela, ternyata telah menjadi tumpah darah para Nabi, dan aku hanya bisa teriak-teriak di gurun Sahara, meludah ke cakrawala dan menghujani wajahku sendiri
Tanpa serenada kuucapkan terima kasih pada sejarah
Pada Sulaiman yang Agung
Kutulis puisi ini dalam Tabut Abadi
Kepada rakyat Palestina yang telah menyedekahkan syahidnya
Kutembakkan syahadatku ke jantung Al-Quds
Langit selalu biru dan laut tak ragu bersekutu dalam birunya biru
Bayi-bayi yang syahid di Jalur Gaza
Ribuan janda yang hatinya terluka
Aku sungguh berhutang budi padamu
Kukibarkan Merah Putih dan hembusan doa pada ribuan ruhmu
Telah kucium wangi pada dupa harum surga
Di antara reruntuhan rumah dan mihrab masjid
Berapa ribu orang yang telah syahid hingga hari ini?
Jihad bagiku bukan sekadar memaki-maki
Syahid bagiku adalah mewakafkan hati pada Ilahi
Baca Juga: Rakyat dan Pemerintah Indonesia Bersatu Membela Kemerdekaan Palestina
Mengabadikan jejak darah di taring Netanyahu
Juga di tangan ribuan tentara Israel dan sekutu
Telah sempurna kutunaikan jihad ini dalam peluru kata dan puisiku
Sesudah keadilan dibunuh dan dikuburkan semena-mena
Dengan berjuta-juta batu bata doa akan kubangun kembali Kota Cinta di Palestina.***
Gus Nas Jogja, 7 November 2023