Mudik Sebagai Ikhtiar Menuju Keseimbangan Hidup

- 13 April 2023, 14:07 WIB
Mudik berkumpul dengan keluarga dan menikmati makan bersama.
Mudik berkumpul dengan keluarga dan menikmati makan bersama. /Foto : Pixabay

Baca Juga: Sastra Mataraman, Sumber Kearifaan Jawa Masih Bisa Diakses tapi Pembaca dan Pengkaji Terbatas

Sibuk bekerja di hilir kehidupan, dipeluk cita-cita masa depan anak isteri dalam waktu lama kadang membuat mereka lelah jiwa raga, jiwa menjadi kurang seimbang. Ketika ada kesempatan atau peluang atau malahan tradisi mudik maka mereka menabung untuk mudik.

Untuk apa? Untuk mengunjungi masa silam mereka, sanak saudara di desa yang sepi tetapi terasa menentramkan. Mereka mudik untuk menuju udik atau hulu kehidupannya. Di desa, mereka datang lebih awal sehingga masih bisa menikmati akhir bulan Ramadhan, malam takbiran, shalat Id di lapangan desa atau di masjid lalu bersilaturahmi ke orangtua, saudara tua, kakek nenek kalau masih ada dan saling mengunjungi tetangga, dan bertemu kembali dengan teman sepermainan yang juga mudik, bertukar cerita lucu dan konyol pengalaman mereka di masa kecil, bertukar kabar gembira tentang sukses di rantau.

Ada yang memanfaatkan momentum mudik di hari-hari Lebaran untuk reuni alumni sekolah, alumni pengajian anak anak, reuni atau pertemuan Trah atau Bani. Lalu mencari kesempatan untuk berziarah ke makam leluhur memasuki alam spiritual.

Baca Juga: TJSL PLN EPI Bersama Warga Desa Buton Ubah Buah Mangrove Jadi Makanan Olahan

Kalau masih ada dana cukup, mereka berwisata di dekat desa atau di lokasi satu kecamatan atau kabupaten, yang di lokasi wisata pun mereka ada kemungkinan bertemu dengan bekas teman sekolah, bertemu dengan keluarga yang juga berwisata, kadang merasa lucu kalau ketemu mantan pacar yang pernah membuat patah hati.

Di saat mudik semua pengalaman pahit pun sebaiknya dicuci bersih dalam bentuk saling memaafkan. Kenangan tidak harus dilupakan tetapi dendam dan sakit hati wajib dihapus agar manusia bisa kembali cerah dalam memandang masa depan.

Setelah kenyang dengan pengalaman sosial, pengalaman psikologis, pengalaman kultural dan pengalaman spiritual seperti ini berarti seorang pemudik atau kelompok pemudik relatif sudah berada dalam keseimbangan hidupnya.

Baca Juga: Perbedaan Air Putih Biasa dan Air Mineral yang Harus Diketahui, Simak Penjelasannya

Dia atau mereka menjadi lebih tenang, damai, tenteram dan makin dewasa pribadinya. Dia atau mereka kembali ke tempat merantau dengan wajah cerah, gembira dan siap bekerja keras kembali untuk memenangkan masa depan mereka.

Halaman:

Editor: Mustofa W Hasyim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x