Keraton Yogyakarta dan PLN EPI Libatkan 5.000 Petani Terapkan Green Deflation

- 5 Februari 2024, 11:38 WIB
RM Gustilantika Marrel Suryokusumo (jongkok, baju hitam) dan Wakil Bupati Gunung Kidul Heri Susanto (jongkok, baju batik) dalam acara peletakan batu pertama Lumbung Mataraman Kedungpoh Kapanewon Nglipar, Gunung Kidul, DIY
RM Gustilantika Marrel Suryokusumo (jongkok, baju hitam) dan Wakil Bupati Gunung Kidul Heri Susanto (jongkok, baju batik) dalam acara peletakan batu pertama Lumbung Mataraman Kedungpoh Kapanewon Nglipar, Gunung Kidul, DIY /Istimewa/

Direktur Utama PT PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan, kerjasama ini merupakan langkah strategis untuk mengamankan pasokan biomassa tanpa berkompetisi lahan dan pupuk untuk sektor pangan, bahkan sebaliknya justru memperkuat pangan/pakan karena memanfaatkan lahan marginal dan menghasilkan produk utama pakan ternak dan residu ranting untuk biomassa sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

“Ini merupakan bentuk nyata dari ekonomi kerakyatan dengan masyarakat yang terlibat aktif di dalamnya. Maka dari itu, terciptanya green economy di tengah masyarakat ini sekaligus berhasil menciptakan lingkungan yang bersih dan mengangkat perekonomian masyarakat,” Kata Iwan.

Iwan juga mengatakan, PLN turut membangun rantai pasok biomassa untuk menjamin keberlangsungan pasokan. Mulai dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan biomassa, sampai dengan komersialisasi di PLTU PLN akan digalakkan.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko menuturkan lebih dari 5.000 petani telah merasakan manfaat dari tanaman multifungsi. Tanaman tersebut digunakan untuk pakan ternak dan kemudian bahan baku biomassa pada lahan marginal seluas 30 hectare (Ha) tersebar di Kalurahan Gombang dan Karangasem, Kapanewon Ponjong, Gunung Kidul DIY.

" Pada musim kemarau bulan September 2023 yang lalu, penduduk telah melakukan pruning daun tanaman sebagai pakan ternak. Pembibitan dan penanaman tanaman multifungsi tersebut juga menggunakan pupuk organik FABA yang jauh lebih murah dibanding pupuk anorganik seperti NPK dan Urea,” kata Antonius.

Pada tahun 2023, PLN EPI telah menyediakan 1 juta ton biomassa untuk 43 PLTU, yang berasal dari residu/sampah pertanian, perkebunan dan perhutanan seperti serbuk gergaji, sekam padi, bonggol jagung, bagasse tebu, pellet tandan kosong sawit, cangkang sawit, cangkang kemiri serta woodchip dari ranting-ranting dan tanaman replanting karet, bahkan BBJP hasil olahan sampah kota.

Lebih lanjut Antonius menyampaikan bahwa ke depan, penduduk dapat menjual ranting-ranting tanaman yang akan diolah menjadi energi terbarukan biomassa sebagai substitusi batubara PLTU. Dimana dengan index harga biomassa sebesar 1,2 dari harga Batubara hanya akan menaikkan BPP sebesar 0,5 sen, jauh lebih murah dibanding energi terbarukan lainnya seperti PLTS, PLTB dan lainnya.

"Selain memberikan benefit maksimal bagi masyarakat, program Green Economy ini menjadikan biomassa sebagai Energi Terbarukan baseload yang paling murah dan paling cepat diimplementasikan karena memanfaatkan PLTU eksisting milik PLN,” kata Antonius.

Halaman:

Editor: Galuh Candra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah