Rara Muhaimin Gelorakan 'Berani Berubah' Bersama Santri Pesantren Bina Insan Mulia

- 1 Februari 2024, 17:53 WIB
Discussion & Sharing bersama 4000 lebih santri dan pembimbing Pesantren Bina Insan Mulia.
Discussion & Sharing bersama 4000 lebih santri dan pembimbing Pesantren Bina Insan Mulia. /Foto : istimewa

Dalam paparannya, putri Cak Imin itu menyampaikan pentingnya menyadari menjadi seorang pemuda. Menurutnya, menjadi pemuda itu bukan semata soal usia, tetapi being fearless (berani menjadi diri sendiri ) dan idealistik (punya prinisp dan nilai-nilai ideal yang diperjuangkan). “It all about confidence, values, and principle,” tegas pemilik nama lengkap Rahma Arifa ini.

Baca Juga: Surya Paloh Ajak Masyarakat Sumsel Kawal Demokrasi

Rara mengapresiasi pendidikan pesantren Bina Insan Mulia yang memfasilitasi para santri untuk berproses menjadi diri sendiri, memperjuangkan nilai-nilai dan prinsip, serta menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin.

Putri Cak Imin itu juga menceritakan pengalamannya study di luar negeri. Sesuai pesan ayahnya, belajar ke luar negeri itu sebetulnya bukan semata untuk mendapatkan ilmu, tetapi juga untuk berdakwah. “Saya di Inggris bersekolah di kampus yang tidak ada teman yang tahu apa itu NU dan apa itu pesantren,” kenangnya. “Tapi, pesan ayah saya, justru di situlah saya harus berdakwah, menunjukkan nilai-nilai dan prinsip yang saya anut di tengah perbedaan yang ada sehingga mereka bisa belajar dari saya,” tambahnya.

Mikail Baswedan meminta maaf dan menyampaikan salam perubahan kepada hadirin karena ada agenda mendesak di Jakarta. Kak Hari Akbar, Jubir Muda Timnas AMIN kemudian mengisi diskusi terkait dengan pentingnya kesadaran santri terhadap masalah politik.

Baca Juga: Surya Paloh Ajak Masyarakat Sumsel Kawal Demokrasi

Dikatakan, meski sudah 70 tahun lebih merdeka, tapi masih ada 10 juta yang tidak punya rumah, ada 40 juta yang susah akses pada kesehatan, banyak pengangguran, barang-barang mahal, dan seterusnya. Itu semua adalah akibat dari kebijakan politik yang timpang. Kebijakan yang timpang hanya bisa diubah melalui ruang politik. “Karena itu, Paslon AMIN memperjuangan narasi perubahan,” jelasnya.

Sebagai respons terhadap Kak Rara dan Kak Hari, para santri sangat antusias bertanya dengan berbahasa Inggris. Mereka adalah Aisyah Halwa Chumaira, Alya Azizah Rahma dan Syafarudin Akmali. Mereka bertanya seputar begaimana menghadapi stigma negatif terhadap santri, karakter pemuda agar bisa berkontribusi pada perubahan, dan cara-cara menghadapi ‘cancel culture’. ***

Halaman:

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah