Rara Muhaimin Gelorakan 'Berani Berubah' Bersama Santri Pesantren Bina Insan Mulia

- 1 Februari 2024, 17:53 WIB
Discussion & Sharing bersama 4000 lebih santri dan pembimbing Pesantren Bina Insan Mulia.
Discussion & Sharing bersama 4000 lebih santri dan pembimbing Pesantren Bina Insan Mulia. /Foto : istimewa

DESK DIY - Perjalanan ekspedisi perubahan Rara Muhaimin dan Mikail Baswedan berakhir di Cirebon tadi malam (Rabu/31/01/23) setelah berkeliling di 21 kota di Jawa. Rombongan kemudian bertolak ke Jakarta setelah mengisi "Discussion & Sharing" bersama 4000 lebih santri dan pembimbing Pesantren Bina Insan Mulia.

Setelah acara selesai jam 20.30, putri Cak Imin ini sowan ke KH Imam Jazuli Lc MA, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia yang tidak jauh dari lokasi. Sebelum dipungkasi dengan doa bersama, kepada Rara dan rombongan, Kiai Imam Jazuli berpesan agar tetap optimis dalam perjuangan di tengah tantangan politik uang dan pragmatisme yang dihadapi Paslon AMIN.

Selain itu, Kiai Imjaz juga menyampaikan pentingnya belajar spirit perjuangan dan optimisme dari Hamas di Palestina.

Baca Juga: Gulirkan Program Haji Muda, Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta Jalin Kerjasama dengan Bank BPD DIY Syariah

"Bayangkan, secara logika, kemungkinan Hamas untuk menang itu nol, nol, koma, tetapi semangat perjuangan mereka luar biasa. Sementara kita, hasil survei sudah menunjukkan 30,8 persen yang itu artinya sudah di atas 80 persen AMIN masuk putaran kedua. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak optimis, justru harus semakin semangat," pesan Penasihat TKN AMIN ini.

Bagi Rara, kedatangannya di Pesantren Bina Insan Mulia bukan semata untuk menyerap aspirasi kaum muda saja. “Pesan ayah saya, kalau ke Cirebon wajib sowan ke Kiai Imam Jazuli,” paparnya kepada panitia.

Acara yang dimulai seusai sholat Maghrib di Joglo Agung itu berlangsung seru dan interaktif. Menurut anggota rombongan ekspedisi, acara di Bina Insan Mulia memang beda. “Selain kemeriahan sambutan dari para santri, juga bahasa yang digunakan untuk mengisi diskusi dari awal sampai akhir adalah bahasa Inggris,” paparnya.

Baca Juga: Pengelolaan Perumda BPR Bank Purworejo Diserahkan ke LPS

Sebelum acara, Rara dan rombongan diajak keliling pesantren yang didampingi oleh Mr. Muhsin dari Maroko dan Mr. Falih dari Perancis, keduanya adalah guru bahasa Inggris di Bina Insan Mulia. Selain itu, Dr. Syaikh Ali Alam, delegasi Universitas Al-Azhar Mesir untuk Bina Insan Mulia juga ikut mendampingi.

Bertindak selaku MC adalah Inayah Nabila dan Keysa Amalia Rizqina, sedangkan yang ditunjuk sebagai moderator adalah Ahdan Hafidz Zaedan. Ketiganya adalah santri SMA Unggulan Bertaraf International Bina Insan Mulia

Dalam paparannya, putri Cak Imin itu menyampaikan pentingnya menyadari menjadi seorang pemuda. Menurutnya, menjadi pemuda itu bukan semata soal usia, tetapi being fearless (berani menjadi diri sendiri ) dan idealistik (punya prinisp dan nilai-nilai ideal yang diperjuangkan). “It all about confidence, values, and principle,” tegas pemilik nama lengkap Rahma Arifa ini.

Baca Juga: Surya Paloh Ajak Masyarakat Sumsel Kawal Demokrasi

Rara mengapresiasi pendidikan pesantren Bina Insan Mulia yang memfasilitasi para santri untuk berproses menjadi diri sendiri, memperjuangkan nilai-nilai dan prinsip, serta menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin.

Putri Cak Imin itu juga menceritakan pengalamannya study di luar negeri. Sesuai pesan ayahnya, belajar ke luar negeri itu sebetulnya bukan semata untuk mendapatkan ilmu, tetapi juga untuk berdakwah. “Saya di Inggris bersekolah di kampus yang tidak ada teman yang tahu apa itu NU dan apa itu pesantren,” kenangnya. “Tapi, pesan ayah saya, justru di situlah saya harus berdakwah, menunjukkan nilai-nilai dan prinsip yang saya anut di tengah perbedaan yang ada sehingga mereka bisa belajar dari saya,” tambahnya.

Mikail Baswedan meminta maaf dan menyampaikan salam perubahan kepada hadirin karena ada agenda mendesak di Jakarta. Kak Hari Akbar, Jubir Muda Timnas AMIN kemudian mengisi diskusi terkait dengan pentingnya kesadaran santri terhadap masalah politik.

Baca Juga: Surya Paloh Ajak Masyarakat Sumsel Kawal Demokrasi

Dikatakan, meski sudah 70 tahun lebih merdeka, tapi masih ada 10 juta yang tidak punya rumah, ada 40 juta yang susah akses pada kesehatan, banyak pengangguran, barang-barang mahal, dan seterusnya. Itu semua adalah akibat dari kebijakan politik yang timpang. Kebijakan yang timpang hanya bisa diubah melalui ruang politik. “Karena itu, Paslon AMIN memperjuangan narasi perubahan,” jelasnya.

Sebagai respons terhadap Kak Rara dan Kak Hari, para santri sangat antusias bertanya dengan berbahasa Inggris. Mereka adalah Aisyah Halwa Chumaira, Alya Azizah Rahma dan Syafarudin Akmali. Mereka bertanya seputar begaimana menghadapi stigma negatif terhadap santri, karakter pemuda agar bisa berkontribusi pada perubahan, dan cara-cara menghadapi ‘cancel culture’. ***

Editor: Chaidir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah