Mengenang Tarawehan Anak Anak Tempo Dulu, Dongengnya itu Lho Kang!

- 27 Maret 2023, 08:03 WIB
Anak-anak pengajian API Kotagede selalu siap mendengarkan dongeng guru ngajinya.
Anak-anak pengajian API Kotagede selalu siap mendengarkan dongeng guru ngajinya. /Foto : Dokumen

DESK DIY -- Di Kota Yogyakarta, tahun tahun 1960-1980 boleh disebut sebagai masa kejayaan pengajian anak anak. Pengajian anak anak ini diadakan di masjid, musholla atau di rumah penduduk.

Peserta mengaji anak usia SD atau usia SMP awal. Usia di atas itu biasanya sudah bertugas menjadi pengasuh yang mengajar ngaji anak anak yang lebih belia.


Suasana pengajian anak-anak penuh kegembiraan, mengajinya tidak ketat. Guru ngaji tidak galak. Maklum usia guru ngaji tidak terpaut banyak dengan muridnya. Jarak usia tidak ada yang sampai sepuluh tahun.

Baca Juga: Sempat Diguyur Hujan Deras, Pasar Ramadhan Kauman Tetap Didatangi Pengunjung

Ciri khas pengajian anak anak ini, proses pendidikannya tidak formal. Anak anak diajak bernyanyi melagukan lagu anak-anak yang kadang jenaka. Ada permainan, teka-teki atau tebak tebakan. Dan yang paling disukai anak anak adalah mendongeng.

Guru ngaji yang disukai anak-anak adalah yang mahir mendongeng. Dia sudah punya jadwal mendongeng di hari tertentu. Guru ngaji lain mendongeng di hari lain.

Kalau kebetulan semua guru ngaji mahir mendongeng maka setiap malam tempat ini selalu ramai dengan anak-anak.

Baca Juga: Yayasan PESANKU Dirikan Lembaga Baru, Upaya Transformasi Program Pemerintah kepada Masyarakat

Seorang mubaligh yang di masa mudanya menjadi guru mengaji di kampung Ngadiwinatan, Pak Harwanto Dahlan (almarhum) semasa hidupnya punya pengalaman unik. Suatu hari dia ketemu bekas murid ngajinya. "Kang gimana kabarnya si Kucing Kuwuk?"
Pak Harwanto ketawa. Dia tepuk pundak muridnya sambil berkata,"Kucing Kuwuknya sedang merantau."

Halaman:

Editor: Mustofa W Hasyim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x